Foto : Zul/Humas Aceh |
Banda Aceh |ToA – Gubernur Aceh, Drh Irwandi Yusuf M Sc, kembali menegaskan bahwa tahun ini Pemerintah Aceh akan membeli 6 unit pesawat ringan tipe Shark Aero. Pesawat-pesawat ini nantinya akan digunakan untuk melakukan patroli di perairan Aceh terhadap illegal fishing dan penyeludupan obat-obatan terlarang ke Aceh.
Penegasan tersebut disampaikan oleh pria yang akrab disapa Bang Wandi itu, dalam sambutannya pada acara pisah sambut Danlanud Sultan Iskandar Muda, dari Kolonel Pnb Suliono S Sos kepada Kolonel Nav Indrastanto Setiawan S Sos, di Anjong Mon Mata, Sabtu (20/1/2018) malam.
“Pesawatnya sama persis dengan pesawat saya, namun akan ditambah dengan perangkat keselamatan di air,” imbuh Gubernur.
Irwandi mengungkapkan, pembelian pesawat tersebut karena dirinya sangat mengetahui karakter pesawat buatan slovakia itu. “Saya tahu betul karakternya, jadi tidak beli kucing dalam karung.”
Pria yang akrab disapa Bang Wandi itu juga memaparkan beberapa keunggulan pesawat jenis ini, dia antaranya kemampuan terbang mengalahkan pilot. Pesawat jenis ini mampu terbang non stop hingga 9 jam. Sedangkan pilot hanya 4 hingga 5 jam. Selain itu, pesawat ini juga mampu terbang dengan kecepatan tinggi serta bisa terbang rendah dan mampu pula terbang tinggi.
Gubernur juga membandingkan, dalam 1 jam, kapal perang bergerak dengan kecepatan maksimum hanya mampu mencapai 30 mil atau 55 kilometer. Sedangkan dengan pesawat Shark Aero, waktu 1 jam mampu menjangkau hingga 200 mil atau tepat berada di Zona Ekonomi Eksklusif.
Gubernur mengungkapkan, ada juga pihak yang menyarankan kepada dirinya agar dalam melakukan patroli laut, Pemerintah Aceh dapat meminta bantuan kepada TNI Angkatan Udara. Namun, Gubernur kembali memberi penjelasan, bahwa untuk kebutuhan 1 jam terbang, sebuah pesawat tempur membutuhkan Bahan Bakar hampir 1 ton.
Hal ini tentu sangat berbeda dengan pesawat Eagle One Hanakaru Hokagata milik Gubernur yang hanya menghabiskan 125 liter pertamax untuk perjalanan sejauh 1.700 kilometer. Perjalanan udara tersebut pernah dilakukan Irwandi, saat melakukan kunjungan kerja ke 10 kabupaten/kota di Aceh pada bulan oktober tahun 2017 lalu.
Sementara itu, kendala lain terkait penggunaan pesawat milik TNI AU untuk patroli laut adalah, bahwa di Lanud SIM tidak ada pesawat tempur yang diparkir untuk patroli laut, di Sabang juga tidak ada, yang terdekat adalah di Provinsi Riau.
“Hal ini tentu tidak efektif karena jauh. Oleh karena itu, timbul inisiatif saya untuk membeli pesawat ini untuk membantu TNI AL dan TNI AU dalam melakukan patroli laut dan patroli darat serta patroli narkoba.
Gubernur menjelaskan, pesawat jenis Shark Aero yang akan dipesan oleh Pemerintah Aceh bukanlah pesawat mahal dengan perawatan yang mahal pula.
“Harga perunitnya adalah sebesar 150 ribu Euro atau sebesar Rp2,5 miliar. Dalam pengoperasiannya, Pemerintah Aceh tidak akan show sendiri tapi akan berkoordinasi dengan TNI AL, TNI AU dan Bakamla. Dalam pengoperasiannya juga akan melibatkan AL, AU dan pilot-pilot Aceh yang sudah pernah kita sekolahkan,” tambah Gubernur.
Gubernur: Lanjutkan Program dan Kinerja Baik Selama Ini
Komandan Landasan Udara Sultan Iskandar Muda yang baru diharapkan dapat terus melanjutkan program dan kinerja bagus yang selama ini telah telah dilakukan oleh Danlanud sebelumnya. Lebih dari itu, Danlanud SIM yang baru diharapkan dapat meningkatkan status LANUD SIM dari tipe B menjadi tipe A.
“Sama seperti Danlanud pendahulunya, Pak Suliono sangat rajin melakukan kunjungan ke masjid-masjid yang berada di sekitar Lanud SIM, kami harap hal ini dapat diteruskan oleh Pak Indrastanto Setiawan. Lebih dari itu, kami juga berharap agar di masa kepemimpinan Bapak, Lanud SIM akan naik status dari tipe B ke Tipe A,” ujar Gubernur.
Dalam kesempatan tersebut, Gubernur juga menyampaikan apresiasi terhadap langkah dan penanganan TNI, saat sebuah pesawat militer Amerika Serikat mendarat Darurat di Bandara SIM pada bulan Maret tahun lalu.
“Tentu kita masih ingat, bagaimana TNI di Aceh melakukan penanganan cepat saat pesawat militer Amerika Serikat mendarat darurat di Bandara SIM. Semua itu menunjukkan bahwa upaya penjagaan kedaulatan RI di wilayah Aceh ini berjalan dengan sangat baik. Keberhasilan itu tentunya layak dicontoh dan diperkuat lagi di masa mendatang,” kata Gubernur.
“Kepada Kolonel Pnb Suliono beserta keluarga, kami ucapkan terimakasih atas pengabdian yang telah diberikan kepada Aceh selama ini. Selamat jalan dan selamat bertugas di tempat yang baru. Dan, kepada Kolonel Nav Indrastanto Setiawan beserta keluarga, kami ucapkan selamat datang dan selamat bertugas di Bumi serambi Mekkah,” pungkas Gubernur Aceh.
Sementara itu, Kol Pnb Suliono, dalam kata-kata perpisahannya menyampaikan rasa terima kasih kepada Pemerintah Aceh dan seluruh jajaran serta kepada seluruh masyarakat Aceh atas kerjasama yang telah terjalin selama 21 bulan masa tugasnya di Aceh.
Sedangkan Kolonel Nav Indrastanto Setiawan, dalam sambutannya sempat bernostalgia saat dirinya terlibat dalam operasi kemanusiaan di Aceh pasca bencana tsunami. Oleh karena itu, Indrastanto berharap Pemerintah Aceh dan jajaran serta seluruh masyarakat Aceh dapat memberikan dukungan dan kerjasama selama dirinya berdinas di Aceh. [Humas Aceh]