Banda Aceh | ToA – Wakil Gubernur Aceh, Ir. Nova Iriansyah melakukan inspeksi memantau harga kebutuhan pokok di hari meugang jelang Hari Raya Idul Fitri. Dari sejumlah pasar yang dikunjungi, harga-harga terpantau stabil, bahkan beberapa mengalami penurunan.
Harga cabe merah yang biasanya dijual hingga Rp.25 ribu, kini dijual Rp.18 ribu. Sementara telur yang biasa mencapai Rp.35 ribu, per hari ini harganya Rp.35 ribu. Tak ada kenaikan pada harga beras mau pun barang konsumtif rumah tangga lainnya.
Sementara daging sapi yang biasa harganya naik di hari meugang, justru tertahan di angka Rp.160 ribu. Tahun lalu misalnya, daging sapi Aceh dijual seharga Rp.170 hingga Rp.180 ribu per kilogramnya.
Kepada Wagub Nova, penjual daging di Pasar Peunayong menyebutkan bahwa meugang Idul Fitri 2018 ini, pembeli cenderung sepi. Sama halnya dengan pengakuan pedagang rempah-rempah. “Lebih sepi dari biasanya. Makanya harganya turun,” kata salah seorang pedagang di Pasar Peunayong.
Wagub Nova mengatakan, ada anomali harga di pasar-pasar di Aceh. Turunnya beberapa harga kebutuhan pokok kemungkinan terjadi karena libur panjang yang telah berlangsung pada pekan lalu.
“Banyak konsumen yang telah pulang kampung dan membuat tidak ada lonjakan pembeli dan pasar cenderung sepi,” kata Nova.
Namun demikian, kata Nova, pasokan barang jelang Idul Fitri dipastikan aman. Kebutuhan masyarakat di Kota Banda Aceh dan sekitaran Aceh Besar akan tercukupi hingga paska-lebaran nanti.
“Yang pasti pasokannya lebih terjamin, karena konsumennya berkurang. Selama libur, transportasi yang mensuplay kebutuhan pokok tidak terganggu dan sepertinya semua lancar,” kata Nova.
Dari gudang Bulog di Lambaro, dilaporkan stok beras tersedia lebih dari 20 ton. “Cukup untuk persediaan hingga 5 bulan ke depan,” kata Basyir, Kabid Pengadaan Bulog pada Wagub Nova. Sementara gula, distok hingga 200 ton lebih. Persediaan tersebut bakal terus ditambah tergantung dari permintaan pasar.
Dalam inspeksi tersebut, Wagub Nova menyoroti kebutuhan pokok Aceh yang hampir sebagian besarnya dipasok dari Medan dan Pulau Jawa. Hanya beras dan sayur-sayuran yang didatangkan dari Aceh Besar, dataran tinggi Gayo dan beberapa kabupaten di Aceh.
Untuk itu, Wagub Nova meminta instansi terkait mencari formula yang tepat untuk memotong mata rantai ketergantungan bahan pokok pada provinsi tetangga, Sumatera Utara.
“Kita punya potensi. Coba survey pasar, cari akar masalahnya. Gunakan kekuatan sains dari Unsyiah dan UIN (ar-Raniry)” kata Nova.
Nova yakin, jika pelaku usaha bersama pemerintah serius memikirkannya, dalam 10 tahun mendatang, perekonomian Aceh akan tumbuh pesat dan ketergantungan pada Medan akan terhenti. [ToA]