Banda Aceh | ToA — Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) menggelar Unsyiah Fair ke 12 di gedung AAC Dayan Dawood, Unsyiah, Banda Aceh. Kegiatan ini dibuka oleh Wakil Gubernur Aceh Nova Iriansyah, Minggu 5 November 2017 malam.
Wagub yang datang bersama istri, Dyah Erti Idawati langsung disambut Rektor Unsyiah, Prof. Dr. Samsul Rizal, M.Eng.
Dalam sambutannya Wagub mengatakan, Unsyiah Fair ke-12 adalah sebuah kegiatan yang dimotori Badan Eksekutif Mahasiswa Unsyiah dalam rangka mendekatkan Unsyiah — sebagai salah satu jantung pendidikan Aceh – kepada masyarakat.
“Mudah-mudahan melalui kegiatan ini, masyarakat semakin mengenal karya dan kualitas Unsyiah, dan terus mendorong kampus ini sebagai lembaga pendidikan kebanggaan Aceh,” ujar Wagub.
Wagub menjelaskan, Perguruan Tinggi memiliki tiga fungsi utama, yaitu: sebagai pusat pendidikan; sebagai lembaga penelitian, dan sebagai lembaga pengabdian. Ketiga fungsi tersebut ada kalanya berjalan sendiri-sendiri, adakalanya saling berkaitan.
“Saya katakan berkaitan, sebab di satu sisi kegiatan itu mengandung nilai pendidikan, tapi di sisi lain bisa pula sebagai bentuk pengabdian,” kata Wagub.
Menurut Wagub, Unsyiah Fair bisa dikategorikan pendidikan karena memberi pencerahan kepada publik tentang aktivitas yang dilakukan Unsyiah di Aceh.
Di pihak lain, lanjut Wagub, kegiatan ini juga sebagai arena pengabdian, karena pada event ini, civitas akademika Unsyiah dapat melakukan interaksi dengan publik dengan menonjolkan visi keilmuan yang dimilikinya.
“Yang lebih menarik, kegiatan ini tidak hanya melibatkan mahasiswa, tapi juga masyarakat. Inilah mengapa saya sebut Unsyiah Fair menyentuh tiga unsur Tri Dharma perguruan tinggi,” lanjut Wagub.
Dari event tersebut, Wagub berharap, publik akan lebih dekat dengan Unsyiah dan turut bangga dengan prestasi yang dicapai kampus ini. Wagub juga mengatakan, fenomena global selama ini seakan membuat dunia tanpa batas.
“Terkadang sebuah kreasi sederhana bisa memunculkan dampak luar biasa bagi dunia. Kita bisa melihat misalnya betapa besarnya pengaruh ‘Facebook’ bagi masyarakat dunia saat ini,” katanya.
Pengalaman itu, kata Wagub, menunjukkan kalau sebuah karya terkadang tidak hanya berbicara pada tataran harga, tapi ada nilai-nilai kreativitas di dalamnya.
Kalaupun karya itu bagus dan dijual dengan murah, tapi jika produknya monoton, ia tidak akan menarik bagi masyarakat. Tapi jika karya itu unik, kreatif, baru, meski harganya mahal, niscaya ia pasti dilirik banyak orang.
“Ketika masyarakat global melihat karya itu sebagai sebuah inovasi yang cerdas, maka ia akan bisa menjadi sumber pundi-pundi keuangan bagi penemunya. Peluang menghasilkan karya-karya kreatif ini terkadang tidak hanya dari proses pendidikan yang ketat. Ia terkadang muncul dari ide-ide ‘unik’ dan aneh. Ide-ide ini hanya lahir dari kreativitas seorang innovator yang memiliki visi jauh ke depan.”
Untuk itu, Wagub mengatakan, ada tiga kunci yang menjadi dasarnya, yaitu, belajar dengan keras, memahami pengetahuan dengan baik, serta bisa membaca fenomena yang ada di masyarakat.
“Kegiatan Unsyiah Fair ini diharapkan bisa menjadi salah satu cara bagi mahasiswa untuk dapat membaca fenomena yang berkembang di masyarakat. Karena itu, melalui Unsyiah Fair ini, interaksi dunia kampus dan dunia luar akan dibuka lebar untuk berbagi karya, bertukar ide, sharing pengalaman,” ujar Wagub.
Untuk itu, Wagub mengatakan, Unsyiah fair tahun ini sangat tepat mengusung tema “Transformasi Indonesia menunju 2030.”