“Rumah sakit harus meningkatkan mutu pelayanan”. “Tingkatkan mutu pelayanan untuk rumah sakit yang lebih baik”. Itulah sederet kata yang sering kita dengar untuk rumah sakit sebagai instansi yang memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh kepada masyarakat.
Masyarakat merupakan inti dari sebuah pelayanan yang diberikan di rumah sakit. Pengguna layanan tentunya mengharapkan mendapatkan kepuasaan terhadap pelayanan yang diberikan. Apalagi dalam kondisi sakit dan keluarga dalam keadaan mendapat kesusahan karena ada yang sakit sehingga masyarakat berharap mendapatkan kepuasaan terhadap pelayanan yang diberikan.
Tingkat kenyamanan yang diberikan oleh Rumah Sakit sangat mempengaruhi baik kepuasan maupun ketidakpuasan seseorang terhadap proses pelayanan yang diterima olehnya. Maka dari itu, proses pelayanan kesehatan yang diberikan pihak rumah sakit hendaknya mampu menunjang kesembuhan fisik pasien.
Selain itu, hendaknya juga dapat meningkatkan kepercayaan diri pasien untuk berusaha melawan penyakit yang diderita olehnya.
Dengan demikian, jasa kesehatan harus terjangkau oleh masyarakat dan tersedia secara merata. Kualitas pelayanan dapat diartikan sebagai perbedaan antara pelayanan yang diterima secara nyata dengan harapan pelanggan.
Di industri perawatan kesehatan, terdapat jenis-jenis pelayanan yang sama yang disediakan oleh rumah sakit, namun kualitas pelayanannya belum tentu sama. Pasien adalah pelanggan sehingga menjadi bagian yang sangat penting dalam perkembangan industri kesehatan.
Penyebab mutu pelayanan yang rendah di antaranya faktor input (peralatan, dana, kurangnya fasilitas, tenaga dokter ahli, dan sebagainya). Selain itu, terdapat faktor pendukung lain yang menyebabkan mutu pelayanan rendah di rumah sakit, yakni kuantitas dan kualitas perawat, jumlah dokter spesialis, dan alokasi pendanaan masih terfokus pada fisik dan peralatan. Alokasi dana yang kecil ini merupakan salah satu alasan terhambatnya peningkatan mutu pelayanan. Pelayanan yang berkulitas merupakan cerminan dari sebuah proses yang berkesinambungan dengan berorientasi pada hasil yang memuaskan. Dalam perkembangan masyarakat Aceh yang semakin kritis, mutu pelayanan rumah sakit tidak hanya disorot dari aspek klinis medisnya saja namun juga dari aspek keselamatan pasien dan aspek pemberian pelayanannya.
Rumah sakit umum provinsi biasanya merupakan instansi yang menjadi rujukan pelayanan kesehatan lainnya dan harus mampu memberikan pelayanan yang bermutu dan berorientasi pada kepuasan masyarakat. Untuk mencapai tingkat kepuasan terbaik pasien maka keselamatan pasien selama dirawat harus menjadi prioritas. Keselamatan pasien atau patient safety merupakan hal utama yang harus diperhatikan dalam memberikan pelayanan di sebuah rumah sakit.
Konsep keselamatan pasien didukung dengan kualitas tenaga medis dan semua tim pendukungnya, seperti dokter, perawat, bidan, pegawai dan staf rumah sakit, dan semua pemberi pelayanan sudah cukup teruji, mulai dari pengetahuan atau knowledge, skill, soft skill maupun attitude yang mereka miliki. Semua faktor tersebut memepengaruhi cara memberikan pelayanan kesehatan maupun keperawatan secara maksimal.
Masyarakat Aceh harus mengetahui bahwa di rumah sakit dalam menjaga keselamatan pasien dimulai dari identifikasi awal, hal pertama yang harus dilakukan adalah melakukan identifikasi pasien yang benar dengan memasang gelang identitas sesuai yang didapatkan saat melakukan pengkajian terhadap pasien. Misalnya, klip berwarna pink atau biru untuk jenis kelamin, klip berwarna merah jika pasien alergi terhadap obat-obatan atau makanan, klip berwarna kuning jka pasien beresiko jatuh, klip warna putih untuk keterbatasan ektremitas.
Diharapakan dengan identifikasi dan pemasangan klip yang tepat dapat meningkatakan keselamatan pasien selama dirawat. Identifikasi yang lain juga dilakukan saat penerapan identifikasi pasien secara verbal ketika pemberian obat yaitu menjelaskan nama serta manfaat obat-obatan yang diterima, kemudian ketika akan melakukan transfusi darah dengan melakukan pencocokan kembali darah/produk darah, dan identifikasi sebelum melakukan tindakan pengambilan darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan klinis serta tindakan lain serta menggunakan nama dan tanggal lahir dalam melakukan identifikasi pasien.
Aspek penting dalam patient safety adalah adanya komunikasi efektif yaitu komunikasi yang akurat, tepat dan dimengerti yang di terapkan pada pelaporan kondisi pasien kritis.
Kemudian dalam hal keselamatan pasien, pengawasan penggunaan obat dengan pengawasan tinggi juga harus selalu dievaluasi. Rumah sakit harus meningkatkan proses pengelolaan obat-obat yang perlu diwaspadai. Termasuk memindahkan elektrolit konsentrat dari unit pelayanan pasien ke farmasi, penggunaan labeling, pembuatan daftar obat High Alert dan Obat Obatan LASA (Look Alike Sound Alike) yakni obat obatan dengan rupa dan ucapan mirip serta membatasi akses untuk mencegah pemberian yang tidak disengaja/kurang hati-hati.
Untuk sasaran keselamatan pasien yang ke empat yakni tepat operasi, prosedur dan pasien operasi serta protokol universal yakni melakukan verifikasi pra operasi, penandaan lokasi operasi dengan melibatkan Pasien pada prosesnya dan menerapkan proses “Time Out” dan mendokumentasikannya pada Surgical Safety Checklist dari WHO Patient Safety. Kemudian rumah sakit juga harus menerapkan sasaran keselamatan pasien yang ke 5 yakni penerapan cuci tangan yang tepat (Hand Hygiene) sesuai standart WHO pada Five Moment.
Kemudian yang terakhir atau yang keenam ialah pencegahan risiko pasien jatuh, Dimana assesmen risiko jatuh pada pasien rawat inap dan rawat jalan merupakan upaya pencegahan lainnya untuk mengurangi insiden pasien jatuh.
Inilah 6 Sasaran Keselamatan pasien yang harus dan akan terus di kembangkan oleh rumah sakit untuk meningkatkan mutu pelayanan dan menjamin keselamatan pasien di rumah sakit. Secara keseluruhan, dapat disimpulkan bahwa salah satu hal yang mempengaruhi indikator keberhasilan mutu pelayanan rumah sakit adalah pasien. []