Ketua KOPPA, Teuku Al Jabbar |
Banda Aceh, TOA — Komite Persatuan Pemuda Aceh (KOPPA) menyayangkan pernyataan Kasubdit I Masyarakat Pedesaan BNN Hendrajid Putut yang menyatakan 90 persen masyarakat Aceh tidak bisa dipisahkan dari ganja.
Hal itu disampaikan Ketua KOPPA, Teuku Al Jabbar terkait pernyataan Hendrajid yang dimuat sejumlah media online baik nasional maupun lokal.
“Saya mewakili pemuda dan pemudi Aceh merasa sangat dirugikan dengan pernyataan Kasubdit I Masyarakat Pedesaan BNN Hendrajid Putut,” ujar Al Jabbar di Banda Aceh, Selasa 17 Oktober 2017.
Hendrajid juga dinilai memberikan statement yang sangat provokatif dengan menyatakan ‘dia makan dan berobat dari situ’.
“Ini kata-kata yang sangat tidak berdasar pada fakta lapangan. Memang ada segelintir oknum yang menanam ganja dan itu sama seperti provinsi lain. Hanya segelintir bukan berarti menjudge kami masyarakat Aceh hidup dari penghasilan ganja,” ujarnya.
Pernyataan tersebut, lanjut Al Jabbar, telah melukai hati seluruh masyarakat Aceh terutama para pemuda yang sejatinya sebagai penerus bangsa.
“Saya mewakili pemuda dan pemudi Aceh dari Komite Persatuan Pemuda Aceh meminta agar Hendrajid segera meralat dan meminta maaf di media terkait pernyataan bodohnya tersebut.”
Sebelumnya, sebagaimana dilansir Merdeka.com, Kasubdit I Masyarakat Pedesaan BNN Hendrajid Putut Wigdado mengatakan, masyarakat Aceh tidak bisa dipisahkan dari Ganja. Sebab, Ganja menjadi tanaman yang bermanfaat untuk diberdayakan.
“92 Persen ganja di Indonesia itu kan dari Aceh, kemudian 90 persen masyarakat Aceh itu kan tidak bisa dipisahkan oleh Ganja, karena akar budayanya dia itu seperti akar Ganja nya juga, dia makan berobat itu dari situ,” ujar Hedrajid di Santa Monica Resort Bogor, Jawa Barat, Sabtu (14/10) seperti dikutip Merdeka.com
Oleh sebab itu, BNN juga disebut ingin menggalakkan program Grand Design Alternative Development (GDAD). Yaitu program yang membuat petani Aceh tak menanam ganja lagi. Melainkan menanam bahan-bahan yang produktif dan juga legal. Sebab, banyak petani di desa-desa di Aceh yang menanam Ganja karena kemiskinan dan pengangguran.
“Artinya kalau kita mau lakukan terobosan, ya terobosannnya ganti dong aceh dengan tanaman lain, yaitu AD (Alternative Development),” tuturnya. [TOA]