MOGADISHU, TOA — Jumlah korban tewas akibat ledakan bom paling kuat yang terjadi di Ibu Kota Somalia meningkat menjadi 231 dengan lebih dari 275 orang terluka. Ini merupakan serangan tunggal paling mematikan yang pernah ada di negara Tanduk Afrika ini.
Senator Somalia, Abshir Abdi Ahmed mengatakan, jumlah korban berasal dari dokter di rumah sakit yang pernah dia kunjungi di Mogadishu. “Banyak mayat di kamar mayat rumah sakit yang belum diidentifikasi,” katanya seperti dikutip dari Telegraph, Senin (16/10/2017).
Ledakan hari Sabtu adalah serangan paling mematikan yang pernah ada di negara Tanduk Afrika ini.
Dokter berjuang untuk membantu korban yang terluka parah, banyak yang terbakar tak bisa dikenali lagi. Pejabat khawatir korban akan terus meningkat.
Presiden Mohamed Abdullahi Mohamed mengumumkan tiga hari berkabung dan bergabung dengan ribuan orang yang menanggapi permohonan putus asa oleh rumah sakit untuk menyumbangkan darah bagi korban luka-luka. “Saya meminta semua orang Somalia untuk maju dan menyumbangkan darah,” katanya.
“Rumah sakit diliputi oleh korban tewas dan terluka. Kami juga menerima orang-orang yang anggota badannya terpotong oleh bom Ini benar-benar menghebohkan, tidak seperti waktu lain di masa lalu,” kata Dr. Mohamed Yusuf, Direktur Rumah Sakit Madinah.
Semalam, pekerja penyelamat dengan senter mencari korban yang terjebak di bawah reruntuhan Hotel Safari yang sebagian besar hancur, yang dekat dengan kementerian luar negeri Somalia. Ledakan tersebut menghancurkan gerbang logam dan meledakkan dinding yang dipasang di luar hotel.
Pemerintah Somalia telah menyalahkan kelompok ekstremis al-Shabab yang terkait al-Qaida atas serangan yang disebutnya sebagai “bencana nasional”. Namun, al-Shabab, yang sering menargetkan area dengan profil tinggi di ibukota dengan pemboman, belum memberikan komentar.
“Mereka tidak peduli dengan kehidupan orang Somalia, ibu, ayah dan anak-anak. Mereka menargetkan wilayah terpadat di Mogadishu, hanya membunuh warga sipil,” kata Perdana Menteri Hassan Ali Khaire.
Menteri informasi Somalia, Abdirahman Omar, mengatakan ledakan itu merupakan ledakan terbesar yang pernah ada. “Ini hari yang menyedihkan, betapa tidak berdaya dan brutalnya mereka, dan kita harus bersatu melawan mereka,” katanya.
Amerika Serikat bergabung dalam kecaman tersebut, dengan mengatakan bahwa serangan pengecut semacam itu menyegarkan kembali komitmen AS untuk membantu mitra Somalia dan Uni Afrika guna memerangi bencana terorisme.”
Militer AS telah meningkatkan serangan pesawat tak berawak dan upaya lainnya tahun ini melawan al-Shabab, yang juga memerangi militer Somalia dan lebih dari 20.000 pasukan Uni Afrika di negara tersebut.
Ledakan hari Sabtu terjadi dua hari setelah kepala Komando Afrika AS berada di Mogadishu untuk bertemu dengan presiden Somalia. Serangan itu juga terjadi dua hari setelah menteri pertahanan dan kepala militer negara tersebut mengundurkan diri karena alasan yang tidak diungkapkan.
Sumber: SINDONEWS.COM