BANDA ACEH | ToA — Young Southeast Asian Leaders Initiative (YSEALI) bekerjasama dengan Komunitas Kanot Bu (KKB) akan menggelar pemeran seni ARTrash di markas KKB, Bivak Emperom, Senin 1 Januari 2018.
Kegiatan bertajuk “Lat Batat Kayee Batee” ini memamerkan berbagai karya hasil Workshop ARTrash Project yang sebelumnya juga digelar di Bivak Emperom pada 28-29 Desember 2017.
Pameran ARTrash yang dimulai pukul 16.00 WIB ini akan diikuti para peserta dari berbagai latar belakang, termasuk para pelajar dan mahasiswa lintas kampus.
ARTrash digelar sebagai usaha menumbuhkan kepekaan manusia terhadap pengelolaan sampah secara mandiri dan mulai memperlakukan serta membiasakan diri mengganti sebutan kata ‘sampah’ menjadi ‘sumber daya’.
Rini Keumala Sari, alumni East-West Center, University of Hawai’i at Manoa on Environmental Issues, Fall 2016, mengatakan, YSEALI adalah program pemerintah Amerika Serikat untuk memperkuat pengembangan dan jaringan kepemimpinan pemuda di Asia Tenggara.
“Dalam acara ini, kita bekerjasama dengan Komunitas Kanot Bu, dan ingin mengajak peserta untuk melihat sampah dari perspektif seni. Yaitu menggunakannya untuk bahan baku satu karya seni, sehingga tumbuh kesadaran pengelolaan sampah secara mandiri,” terang Rini.
Reza Mustafa, Kurator ARTrash, mengatakan kegiatan ini digelar di awal 2018 sebagai ‘langkah meringkus semua sisa sampah 2017 di medsos, halaman rumah dan sampah-sampah politik’.
“Artrash project adalah kerja akhir tahun yang mengemas sikap kegotongroyongan menjadi kerja-kerja seni. Seni rupa dikehendaki sedemikian rupa ekspresinya melalui sisa sampah menjadi ungkapan tak terduga,” kata Reza.
Sesuai tema, lanjutnya, Lat batat kayee batee merupakan anugerah Tuhan untuk mengekspresikan kehendak seni dengan mengeksplorasi berbagai sampah sebagai sebuah karya seni.
Selain memamerkan karya seni, kegiatan ini juga akan dimeriahkan oleh penampilan Rial Amuba dan Iqbal Ubit, serta pemutaran film dokumenter “1880 MDPL” karya sineas Aceh Documentary.
Film ini menceritakan kisah petani kopi Aceh Tengah yang terpaksa membuka lahan di hutan lindung. []