Yogyakarta – Tim peneliti Save school save communities atau komunitas aman sekolah aman Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala (FK USK) melakukan studi banding ke dua sekolah di Provinsi Yogyakarta, pada Jumat (2/12/2022) lalu.
Kedatangan tim SSSC FK USK ke dua sekolah di sana, yakni SMAN 2 Banguntapan dan SMAS Masa Depan Yogyakarta itu guna melihat secara langsung serta membandingan objek studi sebagai bahan evaluasi dan mengadaptasi penerapan penanganan remaja sekolah disana.
Adapun peserta yang ikut dalam rombongan studi banding itu yakni tim peneliti SSSC FK USK, dan tim sekolah SMPN 6 dan SMPN 17 Banda Aceh.
General Koordinator tim peneliti SSSC FK USK Dr. Rina Suryani Oktari, menyimpulkan berdasarkan kunjungan pada dua sekolah tersebut bahwa orangtua peserta didik dan guru di sekolah adalah tokoh kunci dalam mendidik anak. Oleh karena itu dalam mendidik harus selaras dilakukan agar tidak ada ketimpangan.
Lebih lanjut, terang wanita yang kerab disapa Okta ini mengatakan, anak atau remaja adalah pribadi yang harus dihargai kemerdekaan yang tidak bisa divonis secara baku dalam suatu sikap saja. Karenanya, sebagai fasilitator (orang tua dan guru) harus memfasilitasi terhadap penghargaan dan kemerdekaan anak tersebut.
“Kenakalan anak memang sangat menjengkelkan, namun disitulah kesabaran kita sebagai orang tua di uji, pun begitu anak pasti masih punya nurani yang bisa kita sentuh,” katanya.
Kemudian, ia menyebutkan, berdasarkan kunjungan itu, ia juga melihat kedua sekolah tersebut juga memiliki metode yang berbeda dalam menghadapi tingkahlaku siswa remaja yang memiliki keunikan masing-masing.
Seperti, melalui visual melalu metode menggambar yang diajarkan untuk anak, mengajak untuk mengatur pernapasan. Lalu home visit sebagai metode penyaluran emosi bagi anak yang dilihat langsung bagaimana tingkah anak diluar lingkungan sekolah.
“Pendidikan tidak bisa dijalankan sendiri namun harus holistik integrasi, dan penanganan terhadap anak harus komprehensif. Kalemudian BK tidak boleh memberikan punish, hanya kesiswaan yang bisa menertibkannya,” ujarnya.
Kemudian, ia menyebutkan untuk pendekatan atau menaklukkan anak-anak yang istimewa, pihaknya melibatkan mereka dalam organisasi, agar bisa berinteraksi dengan sesama.
“Anak istimewa itu akibat kurang perhatian dan kurang pekerjaan. Karenanya mental health start early, usia 8 tahun sudah dimulai dari dalam keluarga sekarang di Sleman Jogja, ibu hamil dirawat oleh psikolog yang ada di Puskesmas,” pungkasnya.