ToA| Ist |
ToA| Banda Aceh – Kedalaman Ilmu para Ulama dan Umara yang adil merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, perpaduan ini menjadi salah satu pilar utama dalam membangun bangsa ke arah yang lebih baik.
Penegasan tersebut disampaikan oleh Pelaksana Tugas Gubernur Aceh Nova Iriansyah, dalam sambutannya saat membuka secara resmi Muzakarah Ulama Tauhid Sufi Internasional Tahun 2018, di hadapan ribuan hadirin dan peserta yang memadati lapangan Tugu Darussalam, Jum’at (13/7/2018) malam.
“Dukungan dan bimbingan dari para ulama kepada umat untuk menuju ke arah yang benar serta mengembalikan suasana damai, saling mencintai, saling menyayangi dan menghargai antar sesama umat Islam, maka dengan izin Allah perbaikan dan kemaslahatan yang kita harapkan bersama tentu akan terwujud,” ujar Plt Gubernur.
Sebagai ajang silaturrahmi memperkuat ukhuwah antara umara dengan ulama, ulama dengan ulama maupun antara umara dan ulama dengan umat, event ini diharapkan menjadi sarana untuk menunjukkan sikap dan perbuatan yang mencerminkan bahwa Islam bukanlah agama radikal yang mengedepankan kekerasan dan teror.
Plt Gubernur mencontohkan bagaimana pelaksanaan Syari’at Islam di Aceh dapat berjalan baik dan diterima oleh semua agama.
“Islam merupakan ajaran paripurna yang membawa kedamaian, kemaslahatan dan rahmatan lil’alamin, tidak hanya bagi sesama muslim tapi juga bagi non muslim. Aceh sebagai wilayah yang melaksanakan Syariat Islam sejak lama telah membuktikan realitas tersebut,” ungkap Plt Gubernur.
“Meski secara legal formal pemberlakuannya memang hanya bagi umat Islam di Aceh, namun ketika non muslim melakukan pelanggaran Syariat Islam mereka dapat memilih ketentuan hukum, menundukan diri secara sukarela kepada ketentuan syariat atau berdasarkan hukum positif yang berlaku di Indonesia,” imbuh Nova.
Pt Gubernur menambahkan, dalam konteks sosial kemasyarakatan, sesuai dengan kearifan lokal yang berlaku di Aceh, masyarakat non muslim sangat menghormati, menghargai, menjaga harmonisasi dalam rangka menjaga kedamaian dan ketentraman hidup di Bumi Serambi Mekah.
“Apa yang dihembuskan selama ini bahwa Syariat Islam di Aceh tidak toleran dengan umat agama lain, secara fakta yang ada sama sekali tidak dapat dipertanggungjawabkan, buktinya sampai saat ini masyarakat Aceh hidup rukun dan harmonis dalam keberagaman. Bahkan jika merujuk sejarah, di Aceh tidak pernah terjadi konflik antar umat beragama,” tegas Nova.
Oleh karena itu, pelaksanaan Muzakarah internasional di Aceh ini diharapkan dapat menjadi sarana untuk menyampaikan pesan kepada dunia bahwa Syariat Islam yang berlaku di Aceh benar-benar Rahmatan lil ‘alamin, benar-benar menjadi rahmat bagi semesta alam.
“Saya yakin event muzakarah ini menjadi salah satu sarana mewujudkan cita-cita Aceh Hebat melalui 15 program unggulannya, diantaranya Aceh carong, Aceh damee, dan Aceh meuadab pada saatnya nanti Aceh akan menjadi negeri Baldatun Thayyibatun Warabbun Ghafur.”
“Ahlan wa sahla wa marhaban bikum, selamat datang kepada seluruh peserta, selamat mengikuti kegiatan ini. Kepada seluruh masyarakat Aceh mari kita sambut tamu kita dengan baik, tunjukkan kepada tamu-tamu kita bahwa Aceh merupakan daerah yang aman, nyaman dan bersahabat dengan adat peumeulia jamee yang bersendikan syariat Islam,” pungkas Plt Gubernur Aceh.
Kegiatan yang mengangkat tema ‘Tauhid Sufi Membangun Manusia Berakhlak Mulia’ ini diikuti oleh 900 ulama dari dalam dan luar negeri. Selama Muzakarah berlangsung, sebanyak 12 narasumber dari Aceh, nasional dan internasional akan menyampaikan materi.
Muzakarah Ulama Tauhid Sufi Internasional 2018 akan diakhiri dengan Zikir akbar di Masjid raya Baiturrahman, pada Senin (16/7) mendatang. (Ngah)