BANDA ACEH | ToA– Apartur Sipil Negara (ASN) Dinas Sosial Aceh menggelar donor darah massal tahap II yang digelar di halaman parkir dinas tersebut, Jumat 2 Juni 2020. Aksi donor darah massal tersebut berhasil mengumpulkan 44 kantong kantong. Sebelumnya, aksi donor darah massal oleh ASN Dinas Sosial Aceh berlangsung di PMI Banda Aceh.
Kepala Dinas Sosial Aceh Drs Alhudri MM mengatakan, ASN Dinas Sosial Aceh menggelar aksi donor darah tersebut bertujuan untuk mengantisipasi krisis darah di PMI Banda Aceh, untuk kebutuhan darah di rumah sakit yang ada di sekitar Banda Aceh dan Aceh Besar.
Alhudri berharap, seluruh pegawainya terutama para pejabat eselon III dan IV untuk senantiasa menjadi pendonor aktif yang sukarela.
“Donor darah ini selain untuk membantu saudara kita yang membutuhkan darah, juga sangat baik untuk menjaga kesehatan. Selain itu juga bernilai ibadah.” Katanya.
Untuk itu, katanya, sebagai bentuk antisipasi krisis darah Aceh, Pemerintah Aceh memotivasi ASN baik yang ada di Provinsi Aceh, maupun yang ada di kabupaten/kota untuk menjadi pendonor yang suka rela.
“Karena itulah, Bapak Plt Gubernur Aceh menjanjikan umrah bagi mereka yang aktif donor darah,” tuturnya.
Sementara itu Sekretaris PMI Kota Banda Aceh Didi Agustinus mengatakan, kebutuhan darah di Aceh cukup tinggi terutama untuk kebutuhan darah penderita thalassemia. Menurut dia, untuk mencukupi kebutuhan darah tersebut mestinya harus ada 300 kantong darah per hari yang masuk ke PMI, atau 2 persen dari jumlah penduduk.
Semenjak adanya gerakan aksi donor darah massal oleh ASN di Provinsi Aceh, menurut Agustinus cukup membantu kebutuhan darah di Banda Aceh dan Aceh Besar.
“Semenjak adanya gerakan donor darah massal oleh ASN di Aceh, sehari dapat mencapai 100 sampai 150 kantong. Tentunya ini sangat membantu kebutuhan darah di Aceh. Kita sangat berterimakasih,” katanya.
Jika dibandingkan dengan sebelum adanya aksi donor darah massal oleh ASN di Aceh, darah yang masuk ke PMI cenderung relatif, dan pihaknya harus jemput bola, seperti ke sekolah-sekolah dan kampus.
“Kalau dulu juga ada yang sampai 150 kantong namun relatif, karena kita harus jemput bola,” katanya.[]